Kelas MP5 dan MP6 cocok buat
pembibitan. Orang tua yang ingin anaknya merintis balap motor, tidak
kedodoran dana, ketika bikin motor. Tidak seperti MP3 atau MP4 yang bisa
sentuh angka Rp 40 jutaan. Nah, MP4 dan MP3 ini yang harus dipikir oleh
para peramu regulasi ke depan. Terntunya supaya, dari MP5 dan MP6 ke
MP3 dan MP4 tidak terlalu timpang.
Seperti kata Suryono. Dia
tidak terbebani urusan dana untuk terjun di MP5 dan MP6. “Di MP5 dan
MP6, karena faktor usia anak. Usia anak saya 12 tahun,” ujar Suryono,
ayah dari Yoga Dio Syachputra dari tim Yonex Racing Team asal Jakarta.
Suryono
ini, saban waktu sering di Pondok Cabe. Lagi ngapain di sana? Ooo,
rupanya dia jaga anak. Anaknya sedang memperdalam ilmu fisik di IRA MX.
Merombak
jadi motor balap MP5 dan MP6, cukup sediakan Rp 8 – 13,5 juta. Tapi itu
jika ingin bikin di tunner nasional ternama. Alias, terima jadi dan di
luar suspensi belakang. Tapi kalau mau bikin sendiri, tentu gak sampai
segitu. Karena harga itu termasuk jasa korek engine.
Harganya
jauh di bawah MP3 dan MP4, karena tak banyak yang boleh diganti. Kelas
ini mengharuskan pemakaian part standar yang dikorek. “Balap pahe.
Dilarang ganti karbu, magnet dan lain-lain,” ungkap Waskito Ngubaini
alias Merit.
Seperti regulasi di buku kuning, bermain di MP5 dan
MP6 setidaknya 4 part bisa dimainkan. Mulai dari klep. Sejatinya, tak
boleh ada ubahan diameter payung klep. Tapi pasal 14 Ayat 2. 7B poin 2
di buku kuning, sebutkan, diameter kepala klep harus sesuai aslinya.
Tetapi diameter batang bisa diubah.
Makanya, banyak tunner pakai
klep Honda Sonic. Klep ini bisa dipasang di Honda Blade atau Yamaha
Jupiter. “Aslinya Sonic 28 mm/24 mm. Lalu, dibikin ulang sesuai diameter
standar. Seperti Jupiter jadi 23 mm (in) dan 20 m (ex),” jelas Merit
yang banyak bikin motor luar Jawa.
Harga satu set klep Sonic di
pasaran Rp 130 ribu. Penggantian batang klep lebih besar, agar kuat
terima letupan kompresi. Bisa juga punya Suzuki Shogun 125. "Harga Rp 80
ribuan, lebih murah. Ukuran payung klep aslinya 25 mm/22 mm, diubah
jadi 23 mm/20 mm,” kata Hawadis, tunner yang banyak bikin mesin.
Adriansyah,
tunner yang sekarang meracik pacuan Honda ini, pilih klep standar.
Hanya, klep dipendam dikit. Misal, jika standar bermain 10 mm, dibikin
jadi 9,5 mm. Cara ini bisa cegah klep berbenturan, ketika disetel 3,5 mm
saat overlap. “Pemakaian kem durasi tinggi, tidak masalah,” tambah
Adri.
Karburator, tercantum di Pasal 14 Ayat 2. 7L poin 2 &
5. Karburator standar dari produksi motor itu alias karbu bawaan motor.
Tapi, boleh dimodifikasi bagian dalam. Tapi, haram mengubah arah, sudut
dan panjang manifold.
Maka itu, reamer dilakukan demi
memperbesar diameter venturi dan skep. Misalnya Jupiter. Karbu standar
direamer 22 mm. “Karena bentuknya oval, bagian atas dibikin jadi 22 mm,
sampingnya 18,5 mm,” timpal Merit.
Begitu juga Blade. Diameter
venturinya direamer jadi 21,4 mm. Lebih dari itu, bolong. Itu angka
maksimal buat Blade. “Kalau Karisma atau Supra X 125 di MP5 masih bisa
22 mm,” timpal Adri.
Direamernya karburator, tentunya ada
penyesuaian lagi di botol skep. Biasanya banyak yang andalkan skep milik
Suzuki Tornado. Karena diameternya besar. Atau, skep Honda GL-100 yang
berdiameter 21,5 mm. Biaya reamer plus skep sekitar Rp 200 ribuan.
Lanjut,
rasio! Buku kuning Pasal 14 Ayat 2. 7N poin 6 sebutkan gear rasio boleh
diganti. Bisa dilakukan di beberapa gigi atau full. Misal yang
dilakukan Adri pada Blade. Gigi pertama hanya dilakukan penggantian satu
sisi dengan menurunkan dari 34 jadi 32 mata. Lalu, gigi II tetap
standar. Gigi III, juga ganti sebelah. Terakhir gigi 4, ganti kedua
rasio sesuai kebutuhan.
Begitu juga Merit pada Jupiter.
Penggantian gigi I, 2 dan 4. Tidak tertinggal, Hawadis, “Sebenarnya
penggantian rasio sama saja seperti MP1 dan MP lainnya. Silakan dilihat
kebutuhannya,” kata tunner berdarah Madura ini.
Harga gear rasio
full set sekitar Rp 2,5 jutaan. Tapi, “Kalau pilih satuan, bisa sampai
Rp 1,3 - 1,5 juta,” yakin Nanang Gunawan, peracik rasio balap dan harian
terkemuka di Indonesia.
Meski haram penggantian magnet, tapi malah diperbolehkan mengubah sistem pengapian. Misalnya dari pengapian AC dibikin jadi DC.
Begitu
juga otak pengapian. Bisa diganti pakai produk racing aftermarket.
Misalnya, CDI BRT atau Rextor. Harga tergantung tipe dan merek yang
diinginkan.
Pemakaian piston juga ikut dibebaskan. Yang penting,
ukuran masih tetap standar. Mulai dari FIM iston hingga TDR bisa dan
silakan dipakai. Begitunya untuk Jupiter, ini bagai dilema. Karena untuk
terjun di MP5, piston tetap pakai 52 mm. Tapi rangka lebih siap dong?
Wkwkwk...
Silakan lirik dan dihitung!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar